TWINWAR KARYA DWIPATRA - REVIEW BUKU
Judul
buku : Twinwar
Penulis
: Dwipatra
Penerbit
:Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Desain
sampul : Sukutangan
ISBN
: 978-602-03-7679-0
Cetakan
pertama, 4 Desember 2017
296
halaman
Gara dan Hisa kembar identik. Penampilan kedua cowok itu persis sama. Kerennya pun sama. Tapi minat dan kemampuan? Beda jauh! Gara berotak encer, kemampuan akademiknya gemilang. Hisa jago olahraga, dan sederet trofi kejuaraan berhasil ia raih. Walaupun bersekolah di SMA berbeda, persaingan mereka tak pernah surut.Dalam keluarga mereka, ada satu aturan yang tidak boleh mereka langgar. “Gara dan Hisa tidak boleh pacaran sebelum lulus SMA dan diterima masuk di perguruan tinggi.” Kalau sampai aturan itu dilanggar, konsekuensi yang akan mereka terima tidak main-main.Kisah ini bermula ketika Hisa mengetahui ada foto cewek di handphone Gara. Ya, diam-diam Gara memang berpacaran dengan Dinar. Mendapati rahasia Gara, Hisa seolah mendapat senjata ampuh untuk “menghancurkan” saudara kembarnya.Jadi, siapa bilang saudara kembar nggak bisa perang?
Cerita dibuka dengan Hisa yang meminta Gara untuk bertukar peran, untuk menghadapi ulangan Matematika. Awalnya Gara menolak, tapi ancaman berupa foto-foto mesra Gara dan pacarnya membuat ia terpaksa setuju. Hisa juga meminta Gara untuk memotong rambut mirip dengannya. Gara setuju.
Bertukar
peran membuat Gara ingin mengerjai Hisa. Lewat Keling-lah rencana itu ia
paparkan. Gara meminta Keling memberinya ulat tanpa bulut pada jam makan siang.
Jelas, saat itu tukar peran selesai. Gara-gara Keling, aib Hisa terbongkar. Ya,
Hisa takut ulat.
Peperangan
berlanjut. Esoknya, Hisa membuat Gara kewalahan: kesiangan karena Hisa
mematikan alarm jam bekernya, menyembunyikan sepatunya di gudang, menggeboskan
ban motornya, dan tentu saja karena sepatu, dia mendapat hukuman di sekolah.
Gara marah, pulang sekolah, ia memotong senar gitar Hisa. Hisa marah. Ia pun
membalas dengan memotong kabel headphone kesayangan Hisa.
Tak
berhenti sampai di situ. Perjanjian pun ia buat dengan Pak Syam. Jika Hisa tak
mau namanya dihapus dari kontingen SMA Praja, di try out kedua nanti ia harus mendapat nilai rata-rata 8,0. Mustahil
bagi Hisa, walaupun ia sudah belajar dengan guru private bersama Ollie, mustahil ia akan dapat nilai 8,0 secepat
itu. Maka, kartu AS pun ia keluarkan. Meminta Gara menjadi joki ujian.
“His, sebenarnya pernah nggak sih lo mikirin masa depan lo bakal kayak gimana nanti? Kalau lo nggak lulus gimana?”“Apa peduli lo?”“Gue peduli.”“Oh, jadi sekarang lo peduli? Setelah terancam, baru lo ngerasa peduli? Kenapa nggak dari dulu?”
Dwipatra mengambil tema yang cukup unik: perang saudara
kembar. Itu semua bermula karena aturan Mama ‘Tidak boleh ada yang pacaran
sebelum lulus SMA’. Seperti judulnya, Twinwar memang didominasi Hisa-Gara. Dan
sebagai pembaca, saya merasa ekspektasi saya terhadap novel ini terpuaskan.
Sejak membaca halaman pertama, saya sudah terbuai, apalagi secene-scene Hisa-Gara. Dan
sadar-sadar sudah sampai bab lima.
Karakter utama dalam novel ini terbilang kuat. Hisa antagonis
dan Gara protagonis. Tapi uniknya, Gara tidak benar-benar protagonis, ada sisi’
devil’ dalam dirinya. Dua karakter itu menjadi karakter favorit saya. Juga
Ollie. Sebagai cewek yang naksir Hisa, dia tidak menyerah meski ditolak Hisa berkali-kali. Ollie juga tipe cewek ceria yang mampu menghidupkan suasana.
Seperti labelnya, teenlit, novel ini memang ringan dan cocok
untuk dibaca remaja, terlebih semua umur yang memang suka dengan kisah remaja yang
tidak melulu soal cinta monyet.
Twinwar memerlihatkan ke kita bagaimana proses dalam memperbaiki
hubungan keluarga. Hisa dan Gara memerlihatkan bagaimana cara memahami arti
persaudaraan .
Yah, terkadang seperti itulah orangtua. Tetap memaksakan kehendak,meski belum tentu yang mereka lakukan pada anaknya memang tepat.
Saya merekomendasi buku ini buat siapa saja yang suka fiksi
remaja. Perang saudara bukanlah akhir dari segalanya.
5 Bintang saya berikan untuk Twinwar.
No comments:
Post a Comment