pic by @LifeHack
Hari
ini, aku berjalan penuh semangat. Seperti Spongebob si celana kotak yang selalu
bilang "Aku siap! Aku siap!" dengan semangat yang berkobar-kobar.
Wajahku segar bugar. Ekspresif dan bahkan berlebihan dalam mengumbar senyum
yang aku sadari tidak manis-manis amat.
Aku
sudah tahu rute jalan yang akan kutuju. Memang, untuk menuju ke ujung jalan
tidak mudahlah. Aku tahu jalan yang sedang kulalui ini penuh kerikil. Bahkan
ada sebuah batu besar yang bergeming di tengah-tengah jalan, menghalangi
jalanku. Seperti berteriak menyuruhku untuk cari jalan lain, ah, bukan cari
jalan lain, tapi putar balik. Menyuruhku untuk kembali ke awal dan melupakan
tujuanku.
Sial.
Akhirnya kutahu bahwa batu besar itu tidak sekonyong-konyong ada di
tengah-tengah jalan, tapi seseoranglah yang menaruhnya di sana. Tentu, dia
tidak akan sendirian untuk memindahkan batu besar itu. Dia bukan samsons, dia
butuh banyak tenaga. Bahkan sebuah buldoser, lebih tepatnya.
Kenapa
dia menaruh batu besar itu di tengah-tengah jalan? Padahal dia sudah tahu bahwa
jalan ini akan kulalui?
Akan
terlihat menyedihkan jika aku menyerah begitu saja. Aku sudah melewati
kerikil-kerikil yang membuat telapak kakiku sakit. Aku sudah menginjak duri
yang mungkin terseret angin dan berlabuh di tengah jalan, tak sengaja kuinjak.
Aku berhasil melewatinya. Apa karena satu batu besar ini lalu aku akan menyerah
dan melupakan segalanya.
Tidak.
Aku
menyusuri perjalanan melelahkan ini, sendirian, karena aku suka, karena aku
mau. Tak tebersit sedikitpun dalam benakku jika yang kupilih ini untuk
membuktikan atau menyakinkan kepada seseorang bahwa, "Kau harus lihat
kemampuanku menyusuri jalan ini hingga ke ujung." Sekali lagi kutekankan.
Aku melakukan ini karena aku suka. Karena aku mau.
Ah,
sekarang aku malah kasihan padamu, yang menaruh batu besar untuk memutuskan
harapanku, dan sayang, tidak berhasil. Kau terlalu memerhatikanku. Kau terlalu
banyak dicintai, sampai-sampai kau tak sempat mencintai. Aku jadi curiga,
apakah hatimu penuh cinta, atau.. benci? Kenapa pula aku harus memikirkan itu?
Itu kan urusanmu. Tapi, kalau kau ada waktu, lihat dirimu. Belajarlah sedikit
untuk mencintai orang lain. Jangan merasa bahagia hanya karena hidupmu dicintai
banyak orang. Janganlah mengikuti iblis yang selalu menebar kebencian.
Biarkanlah aku, yang jelas-jelas tidak mengganggumu, terus melanjutkan perjalan
ini. Tanpa harus kau halangi, akan tercipta sendiri halangan yang mencoba
mengedurkan semangatku dan menggoyahkan niatku.
Aku
melakukan perjalanan ini karena aku suka. Karena aku mau. Aku sudah mempunyai
kunci-kunci untuk membuka sebuah gerbang besar di ujung sana. Nanti, setelah
gerbang itu terbuka, akan lebih mudah untukku membuka pintu-pintu lainnya.
Jadi,
kumohon, jangan sengaja menciptkan penghalang-penghalang itu. Biarkanlah aku
menyusuri jalanku sendiri.
-DK-
14 Januari 2017
No comments:
Post a Comment